SALAFI  DAN AJARAN WAHABI


2013

BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG.
Islam merupakan agama peradapan yang membawa rahmat bagi semesta alam, bukan agama teroris.
Dengan misi inilah Allah mengutus Rasul-Nya , Muhammad,S.AW , sebagaimana di tegaskan dalam firman –Nya
!$tBur š»oYù=yör& žwÎ) ZptHôqy šúüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÊÉÐÈ  
107. dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Tiga hal penting yang seharusnya menjadi pegangan bagi setiap orang adalah: toleran, moderat, dan akomodatif. Bagi orang muslim , keimanan yang hanya dibalut dengan simbo-simbol tidaklah cukup. Orang yang telah beriman harus disempurnakan dengan amal dan ibadah yang baik, serta perilaku yang terpuji (al-akhlaq al-karimah).
Berjenggot panjang, memakai sorban , dan bercelana dia atas tumit itu bagus. Tapi hal- hal yang bersifat simbolik itu tidak cukup untuk dinilai bahwa dia telah mengamalkanajaran islam. Ulama terdahulu, seperti Imam Syafi’i, Ghazali , Ibnu Sinm dan sejumlah tokoh islam terkemukalainnya junga punya jenggot panjang dan memakai sorban. Namun sekali lagi , Islam tidak cukup hanya dengan jenggot dan sorban saja. Sebab, ajaran Islam sangat luas dan tidak bisa diwakili hanya dengan simbol belaka.
Dengan adanya sedemikian rupa perspektif akan Islam ,  dengan berbagai model dan konsep ke-Islamannya, maka di sini penulis akan menguraikan Ajaran salafi dan Wahabi, agar kita tahu, mehamahami, mengapa ada orang yang mengharamkan tahlilan,Ziarah kubur, bertawasul, dan lain sebagainya.
Semoga kumpulan (Maqola) atau sering di sebut makalah oleh masyarakat Indonesia , memberi manfaat bagi kita, dan bagi para penulis khususnya, semoga Allah , S.W.T , amal sederhana ini sebagai amal Shaleh di sisi-Nya , amien.....

Yogyakarta, 21 November 2013
Al-mufaqqirin ila ‘afwi robbihim

Penulis













B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Pengertian Salafi
2.      Persamaan Salafi dan Wahabi
3.      Wahabi dan pendirinya
4.      Karakteristik Pemikiran Salafi dalam masalah I’tiqadiyah
5.      Tokoh Utama Wahabi


C.    TUJUAN DAN MANFAAT
Adapun tujuan penyusun makalah ini:

1.      Dapat mengetahui apa salafi itu?
2.      Dapat memahami persamaan Salafi dan Wahabi
3.      Dapat  mengetahui siapa pendiri aliran salafi wahabi
4.      Dapat mengetahui latar karakteristik pemikiran Salafi dalam masalah I’tiqadiyah
5.      Dapat mengetahui Tokoh Utama Wahabi












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Salafi
Kata Salafi adalah sebuah bentuk penisbatan kepada as-salaf, kata as-salaf sendiri secara bahasa  bermakna “orang-orang yang mendahului atau hidup pada zaman kita[1]
Adapun makna terminologis As-Salaf adalah generasi yang dibatasi oleh sebuah sebuah penjelasan Rasulullah S.A.W dalam hadisnya
“Sebaik-baiknya manusia adalah (yang hidup) di masaku, kemudian yang megikuti mereka (Tabi’ien) , kemudian yang mengikuti mereka (Tabi’ at-Tabi’ien).” (H.R. Bukhari dan Muslim )
Berdasarkan hadis ini yang dimaksud as-salaf adalah para sahabat Nabi S.A.W ,kemudian Tabi’ien(pengikut Nabi setelah masa Sahabat ,lalu Tabi’ at-Tabi’ien (pengikut Nabi setelah masa Tabi’ien ) ,termasuk didalamnya para Imam azhab karena merek semua hidup di tiga bad pertama sepennggalan Rasulullah S.A.W . Oleh karena itu, ketiga kurun ini kemudian dikenal juga dengan sebutan Al-Qur’an Al-Mufadhdhalah (kurun-kurun yang mendapat keutamaan) [2] .Sebagian Ulama kemudian menambahkan label ash-shalih –sehingga menjadi as-salafu ash-shalih- untuk memberikan karater pembeda dengan pedahulu kita yang lain yang datang sesudah generasi tiga kurun ini ( yang kemudian dikenal dengan al-khalaf).[3] Sehingga, seorang salafi berarti seorang yang mengaku mengikuti jalan para sahabat Nabi S.A.W., Tabi’in dan Tabi’ at-Tabi’in dalam seluruh sisi ajaran dan pemahaman mereka.[4]
Sampai disini, tampak jelas bahwa sebenarnya tidak ada masalah dengan arti salafi ini, kerena pada dasarnya setiap muslim akan mengakui legalitas kedudukan para Sahabat Nabi S.A.W. dan generasi terbaik umat Islam sesudahnya ; Tabi’in dan Tabi’ at-Tabi’in. Atau dengan kata lain seorang muslim manapun sebenarnya sdikit banyak memiliki kadar ke-salafi-an dalam dirinya, meskipun ia tidak pernah menggembor-gemborkan pengakuan bahwa ia seorang salafi. Sebab, maksud dari salafi itu sendir adalah Islam. Begitu juga dengan pengakuan kesalafian seseorang, tidak pernah dapat mejamin bahwa yang bersangkutan benar-benar telah mengikuti jejak para as-salagu ash-shalih.
Ini sama persis dengan pengakuan dengan pengakuan kemusliman siapa pun yg terkadang lebih sering berhenti pada taraf pengakuan belaka.
Namun demikian, saat ini penggunaan istilah salafi menjadi tercemari , karena propaganda yang begitu gencar, istilah salafi saat ini menjadi mengarah kepada kelompok gerakan Islam tertentu, di mana kelompok tersebut getol melakukan klaim dan mengaku- aku sebagai satu- satunya kelompok salaf , terlebih lagi , karena cenderung menyimpang dari ajaran Islam yang benar yang dianut oleh mayoritas umat Islam dari sejak zamam Rasulullah S.A.W. , hingga saat ini.
B.     Persamaan Salafi dan Wahabi
Siapakah sebenarnya kelompok yang mengklaim sebagai “Salafi” yang akhir – akhir- akhir ini mulai marak? Kelompok yang sekarang mengaku- aku sebagai salafi ini, dahulu dikenal dengan nama Wahabi, Tidak ada perbedaan antar Salafi yang ini dengan Wahabi, Kedua istilah itu ibarat dua sisi pada sekeping mata uang, Satu dari sisi keyakinan dan padu dari segi pemikiran , Sewaktu di Jazirah Arab mereka lebih dengan Wahhabiyah Hanbaliyyah ,Namun ketika di ekspor ke luar Saudi , mereka mengatas namakan dirinya dengan “Salafi” , khususnya setelah bergabungnya  Muhammad Nashiruddin al-Albani, yang mereka pandang sebagai ulama ahli hadis.[5]
Pada hakikatnya, mereka bukanlah Salafi atau para pengikut Salaf, Mereka lebih tepat jika disebut Salafi Wahabi, yakni pengikut Muhammad ibnu Abdul Wahab yang lahir di Uyainan, Najd,[6] Saudi Arabia tahun 1115 H (1703 M)  dan wafat tahun 1206 H (1792 M) , Pendiri Wahabi ini sangat mengagumi Ibnu Taimiyah , seorang ulama kontroversial yang hidup diabad ke-8 Hijriyah dan banyak yang mempengaruhi cara berfikirnya.[7]
Wahabi berganti baju dengan Salafi atau terkadang “ Ahlussunah –yang seringnya tana diiktu dengan kata”wal jamaah”-, karena mereka merasa risih dengan penisbatan tersebutdan mengalami banyak kegagalan dalam dakwahnya, hal itu diungkapkankan oelh Prof.Dr.Sa’id Ramadhan al-Bouthi (Allah Yarhamuh) dalam bukunya as-Salafiyah Marhalah Zamaniyah Mubaraah Laa Madzhab Islami, Beliau mengatakan bahwa, Wahabi mengubah strategi dakwahnya dengan berganti nama menjadi “Salafi” karena mengalami banyak kegagalan dan merasa tersudut dengan panggilan nama Wahabi yang dinisbatkan dengan pendirinya Muhammad Ibn Abdul Wahab.[8] Oleh karena itu , sebagian kaum muslimin menamakan mereka dengan Salafi palsu atau Mutamaslif.[9]
Adapun awal mula munculnya Salafi sebagai istilah adalah di Mesir, setelah usainya penjajahan inggris, tepatya, saat muncul gerakan pembaharuan Islam (al-ishlah ad-dini) yang di pimpin oleh Jamaluddin al-Afgani dan muridnya,Muhammad Abduh , di akhir abad ke-19 Masehi , yang dieknal dengan gerakan Pan Islamiseme, Untuk menumbuhkan rasa patriotisme dan fanatik yang tinggi terhadap perjuangan umat Islam saat itu, di samping dala rangka membendung pengaruh sekulerisme, penjajahan dan hegemoni Barat atau dunia Islam, Muhammad Abduh mengenalkan istilah Salafi.[10]
Lalu dari manakah munculnya istilah Salafi utuk menggelari orang yang mengklaim dirinya setu- satunya penerus ajaran as-Salah as-Shalih? Bukan dari para ulama salaf terdahulu, bahkan bukan pula dari para imam ahli hadis sekalipun, Nashruddin al-Albani lah yang pertama kali mempopulerkan istilah ini, sebagaimana terekam dalam sebuah dialognya dengan salah satu pengikutnya , yaitu Abdul Halim Abu Syuqqah, pada bulan juli 1999/Rabiul Akhir 1429 H.[11]
C.    Wahabi dan pendirinya
Sekte Wahabiyh ini dinisbatkan kepada Muhammad Bin Abdul Wahab ibnu Sulaiman an-Najdi, Ia Lahir tahun 1115 H (1703 M)  dan wafat tahun 1206 H (1792 M), Ia wafat diusia yang sangat tua, denga umur sekitar 91 tahun, Ia belajar agama dasar bermazhab Hanbali dan ayahnya juga seorang Qadhi (hakim).[12] Pernah pula ia mengaji epada beberapa guru agama Makkah dan Madinah, seperti Syaikh Muhammad ibnu Sulaiman al-Kurdi, Sayaikh Muhammad Hayat as-Sindi, dan lainnya. Kemudian , dia berangkat ke Bashrahm namun kembali lagi karena ditolak menjadi murid.[13]
Pengetahua agamanya kurang memadahi karena dia belajar ilmu agama hanya dari segelintr guru, termasuk ayahnya sendiri, dala waktu yang sangat minim dan terputus-putus, kenyataan ii diakui oleh beberapa ulama Wahabi, di antaranya adalah Dr. Muhammad al-Ma’ari dalam bukunya yang berjudul al-Kawasyif al-Jaliyyah fi Kufri ad-Daulah as-Su’udiyyah pada lamiran pertamanya tentang Tasa’ulat haula asy-Syar’iyyah ketika dia menyinggung kondisi awal berdirinya negara Saudi Arabia. Dalam bukunys itu, dia menjelaskan, sebelum ‘bersekongkol’ dengan keluarga Saud dan Inggris untuk memberontak dari kekhalifahan Turki Utsmani, Muhammad Ibnu Abdul Wahab layaknya ‘ustadz kampung’ yang tidak menonjol, biasa-biasa saja, dan bahkan tidak diperhitungkan. Dia tidak dikenal sama sekali ketokohan dan keulamaannya oleh para ulama yang hidup sezaman dengannya.[14]
D.    Karakteristik Pemikiran Salafi dalam masalah I’tiqadiyah
Masalah I’tiqadiah dalam kajian agama merupakan suatu yang esensial karena menyangkut masalah i’tiqadiyah salafi sepakat menajdikan tiga dasar pemikiran dalam berakidah[15]
Dan akan penulis uraikan di bawah ini,

1.    Prioritas Wahyu dalam Memahami Masalah-Masalah I’tiqodiyah

Wahyu tidak pernah cacat dan tidak mesti di ragukan , begitupula penerapannya dtidak terjadi perbedaan antara satu person dengan person lain , tetapi ia bersifat paten. Memahami hal- hal yang bersifat ketuhanan, kenabian, dan sam’iyyat sepantasnya merujuk kepada informasi wahyu.[16]
Menurut Salafi apa yang disampaikan wahyu tentang konsep ketuhanan, kenabian dan sam’iyyat sepantasnya lebih di utamakan dari sesuatu yang dipahami oleh akal tanpa landasan wahyu, sebab apa yang dianggap benar oleh seseorang , boleh jadi orang lain menganggapnya keliru, sehingga tidak ada standar baku tentang kebenaran akal, terutama masalah-masalah yang berada di luar jangkauan akal manusia atau metafisika.
Ibn Taimiyyah sebagai salah seorang tokoh salafi melihat pentingnya memprioritaskan wahyu serta mengambil pendapat para sahabat dalam masalah i’tiqadiyyah, karena yang bisa di terima oelh akal yang sehat ketika terjadi perbedaan pendapat terhadap suatu persoalan adalah kembali berkonsultasi dengan orang yang paling ahli di bidang tersebut, Mempersoalkan masalah pertanian  misalnya, sebaiknya kembali kepada insinyur pertanian, perselisihan dalam masalah mesin sebaiknya kembali mengkaji pendapat insinyur mesin, masalah penyakit otomatis merujuk ke dokter ahli.[17]
Dan yang paling ahli dalam masalah i’tiqadiyah adalah dengan bercurhat dengan Al-qur’an, inilah dasar pemikiran salaf yang pertama dalam masalah i’tiqadiyah

2.    Menghindari Ta’wil Tafsiri
Sebelum kita mengkaji lebih mendalam tentang penolakan salafi seputar ta’wil tafsiri, alangkah baiknya jika kita mengetahui apa itu ta’wil ,terutama ta’wil dalam Al-Qur’an
Kajian kata ta’wil dal Alqur’an sangat diperlukan, karena Alqur’an merupakan puncak dari kefasihan Bahasa arab , Arti ta’wil dalam Alqur’an berkisar pada arti lughowinya sebagaimana terdapat dalam kapita selekta.

Diantara penggunaan kata ta’wil dalam Alqur’an adalah:

Penjelasan tentang smber sesuatu,arah tujuan serta akibat yang di timbulkan.Allah S.W.T berfirman dalam (Q.S. An-Nisa :59)
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# Í<'ré&ur ÍöDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrŠãsù n<Î) «!$# ÉAqߧ9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# 4 y7Ï9ºsŒ ×Žöyz ß`|¡ômr&ur ¸xƒÍrù's? ÇÎÒÈ  
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Ahsani ta’wila dalam ayat tersebut, oleh para mufassir diterjemahkan sebagai akibat, atau hasil dari sesuatu.[18]

Berdasarkan pemakaian ta’wil dalam Alquran maka Salafi membolehkannya selama dalam konotasi tafsir atau penjelasan yang tetap berdasarkan pada wahyu, oleh karena itu ada dua model ta’wil yang di tentang keras oleh salaf dan salafi, yaitu Ta’wil Falsafi dan Ta’wil Kalami




3.    Pemaparan Akidah Berdasarka Cara-Cara Alquran

Alquran adalah kitab suci dari Allah, Pencipta segala Makhluk, Dialah yang mengetahui rahasia-rahasia kehidupan manusia, Alquran dalam kapasitas ini , menjadi penjelas terhadap segala permaslahan dan problematika kehidupan duniawi manusia.
Dalam Alquran ada banyak cabang ilmu yang ada, salah satunya adalah Aqidah, Kalangan Salaf menilai, metode Alqur’an dalam memaparkan akidah merupakan cara yang di tempuh oleh Rasulullah S.A.W., bahkan semua Rasul yang di utus Rasulullah S.A.W., senantiasa menggunakan metode yang sama dengan cara Alqur’an, karena cara inilah yang termudah dalam menanamkan akidah pada umatnya.
Sebalknya salafi berpendapat, meninggalkan metode Alqur’an dalam memaparkan akidah berdasarkan cara-cara filosof yang mempergunakan muqaddimah falsafi bukanya mempermudah persoalan, justru semakin memperkabur permasalahan,bahkan peristilahan-peristilahan yang digunakan hanya bisa dimengerti oleh kalangan terpelajar saja atau mereka yang menggeluti filsafat.
Salai juga berpendapat bahwa perpindahan sebagian uamt Islam dari metode Al-qur’an kepada metode falsafi dan kalami akan menjadikan persoalan akidah menjadi kabur dan simpang siur serta memperlebar perdebatan dikalangan sekte-sekte Islam.

E.     Tokoh Utama Wahabi

Daftar nama tokoh ulama Wahabi level pertama. Ulama atau tokoh Wahabi level kedua dan seterusnya akan mengutip pendapat tokoh level I ini sebagai rujukan pendapat mereka.

1. Muhammad bin Abdul Wahhab (1115 H - 1206 H/1701 - 1793 M)
Jabatan penting di Kerajaan Arab SAudi:
·         Pendiri dan pelopor gerakan Wahabi/Salafi.
·         Mufti Kerajaan Arab Saudi.



2Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (1330 H - 1420 H / 1910 M - 1999 M)

Jabatan penting di Kerajaan Arab Saudi:
- Qadhi (Hakim) di daerah al-Kharaj semenjak tahun 1357-1371 H,
- Tahun 1390 H - 1395 H Rektor Universitas Islam Madinah.
- tahun 1414 H Mufti Umum Kerajaan.

3.  Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (1347 H - 1421 H)

Al Utsaimin adalah pakar fiqih-nya kalangan Wahabi Salafi. Banyak persoalan hukum baru yang difatwakan olehnya. Seperti haramnya mengucapkan selamat natal, dan lain-lain.

Jabatan penting di Kerajaan Arab Saudi:
- Imam masjid jami’ al Kabir Unaizaih
- Mengajar di perpustakaan nasional Unaizah
- Dosen fakultas syariah dan fakultas ushuluddin cabang Universitas Islam Imam Muhammad bin saud di Qasim, 

4.      Muhammad Nashiruddin Al-Albani (1333 H - 1420 H/1914 M - 1999 M)

Jabatan penting di Kerajaan Arab Saudi:
- Tahun 1381 - 1383 H: Dosen Hadits Universitas Islam Madinah


5. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan (1345 H - )

Jabatan penting di Kerajaan Arab Saudi:
- Dosen Institut Pendidikan Riyad
- Dosen Fakultas Syari'ah, Fakultas Ushulud Dien, Mahkamah Syariah
- Anggota Lajnah Daimah lil Buhuts wal Ifta' (Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa).
- Anggota Haiah Kibaril Ulama' dan Komite Fiqh Rabithah Alam Islamiy di Mekkah
- Anggota Komite Pengawas Du'at Haji
- Ketua Lajnah Daimah lil buhuts wal ifta'.
- Imam, Khatib dan Pengajar di Masjid Pangeran Mut'ib bin Abdil Aziz di Al Malzar.

6. Abdullah bin Abdurrahman bin Jibrin (
عبد الله بن عبد الرحمن بن جبرين) 1933-
         2009 M / 1353 - 1430 H.

Jabatan penting di Kerajaan Arab Saudi

- Asisten Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
- Anggota tetap majlis riset dan fatwa Arab Saudi
- Dosen syariah dan ushuluddin di Arab Saudi















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Kata Salafi adalah sebuah bentuk penisbatan kepada as-salaf, kata as-salag sendiri secara bahasa  bermakna “orang-orang yang mendahului atau hidup pada zaman kita
Adapun majna terminologis As-Salaf adalah generasi yang dibatasi oleh sebuah sebuah penjelasan Rasulullah S.A.W dalam hadisnya
“Sebaik-baiknya manusia adalah (yang hidup) di masaku, kemudian yang megikuti mereka (Tabi’ien) , kemudian yang mengikuti mereka (Tabi’ at-Tabi’ien).”
(H.R. Bukhari dan Muslim )

2.      Sekte Wahabiyh ini dinisbatkan kepada Muhammad Bin Abdul Wahab ibnu Sulaiman an-Najdi, Ia Lahir tahun 1115 H (1703 M)  dan wafat tahun 1206 H (1792 M), Ia wafat diusia yang sangat tua, denga umur sekitar 91 tahun, Ia belajar agama dasar bermazhab Hanbali dan ayahnya juga seorang Qadhi (hakim).[19] Pernah pula ia mengaji epada beberapa guru agama Makkah dan Madinah, seperti Syaikh Muhammad ibnu Sulaiman al-Kurdi, Sayaikh Muhammad Hayat as-Sindi, dan lainnya. Kemudian , dia berangkat ke Bashrahm namun kembali lagi karena ditolak menjadi murid.
3.      Karakteristik Pemikiran Salafi dalam masalah I’tiqadiyah
a.       Prioritas Wahyu dalam Memahami Masalah-Masalah I’tiqodiyah
b.      Menghindari Ta’wil Tafsiri.
c.       Pemaparan Akidah Berdasarka Cara-Cara Alquran

4.      Tokoh Utama Wahab
a.       Muhammad bin Abdul Wahhab (1115 H - 1206 H/1701 - 1793 M
b.      Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (1330 H - 1420 H / 1910 M - 1999 M)
c.       Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (1347 H - 1421 H)
d.      Muhammad Nashiruddin Al-Albani (1333 H - 1420 H/1914 M - 1999 M)
e.       Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan (1345 H - )
f.       Abdullah bin Abdurrahman bin Jibrin (عبد الله بن عبد الرحمن بن جبرين) 1933 -2009 M / 1353 - 1430 H.


























Daftar Pustaka

al-Mas’ari,Dr. Muhammad,”al-Kawasyif al-Jaliyyah fi Kufri ad-Daulah as-Su’udiyyah”, Saudi Arabia :Muassasah ar-Rafid, Riyadh.
Aderus , Andi, 2011, ”Karakteristik Pemikiran Salafi;Di tengah Aliran-Aliran Pemikiran KeIslaman”, Jakarta: Kementrian Agama RI.
Qutub, Sayid, 1997, “Khaiaii al-Taiawwr al-Islamiy “,Kairo: Dar al-Syuq.
Al-abariy , Abi Ja’far Muhammad Bin Jarir, 1954 ,“Jami’ Al-Bayan An Ta’wil ayyi al-Qur’an”, Kairo: Musyafa al-Babi al-Halabi .
Manzhur ,Abu al-Fadhl Muhammad Ibnu, 1410 H, “ Qamus Lisan al-Arab”, Beirut, Lebanon :Dar As-Shadir,
ath-Thalibi ,Abdirrahman, 2006 , “Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak; Meluruskan Sikap Keras Dai SalafI” , Jakarta :Hujjah Press.
al-Jazairi ,Abd al-Malik ibnu Ahmad Ramdhany, 1418 H, “Madarik an-Nazhar fi asy-Siyasah baina at-Tathbiqat asy-Syariyyah wa al-Infi’alat al-Hamasiyah”, Dammam :Dar Sabil al-M’minin.
as-Segaf, Hasan bin Ali “as-Salafiyyah al-Wahhabiyyah”, Beirut, Lebanon :Dar al-Imam ar-Rawwas.
Abu Zahrah, Muhammad, “Tarikh al-Mazhahib al-Islamiyyah al-iqhiyyah”, Cairo, Dar al-Fikr al-Arabi.
al-Buthi ,Dr. Sa’id Ramadhan, 1996 , “as-Salafiyah Marhalah Zamaniyah Mubarakah La madzhab Islam”i, Damaskus, Syria : Dar al-Fikr.
as-Segaf ,Hasan Ibnu Ali,1413 H,  “at-Tandid bi Man ‘Addad at-Tauhid”, Amman, Yordania :Dar Imam  an-Nawawi.
an-Najdi ,Utsman ibnu Abdullah Ibnu Bisyr al-Hanbali (Wahat 1288 H),” Unwan al-Majd fi Tarikh Najd”, Saudi Arabia: Maktabah Riyad al-Haditsah.




[1] Abu al-Fadhl Muhammad Ibnu Manzhur: Qamus Lisan al-Arab, Dar As-Shadir, Beirut, Lebanon 1410 H, Cet. Ke-1, enteri Sa-La-Fa, Jilid 6,h.330
[2] Abdirrahman ath-Thalibi: Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak; Meluruskan Sikap Keras Dai Salafi, Hujjah Press, Jakarta, Cet. Kedua,Maret 2006,hlm. 8.
[3] Abd al-Malik ibnu Ahmad Ramdhany al-Jazairi: Madarik an-Nazhar fi asy-Siyasah baina at-Tathbiqat asy-Syariyyah wa al-Infi’alat al-Hamasiyah, Dar Sabil al-M’minin, Dammam, Cetakan kedua 1418 H, hlm.30.
[4] Dari kata ini kita kemudia sering mendengarkan kata bentukan lainnya, seperti Salafiyah (yang berarti ajaran atau paham salaf) atau Salafiyun/Salafiyin yang merupakan bentuk plural dari kata Salafi
[5] Hasan bin Ali as-Segaf:as-Salafiyyah al-Wahhabiyyah, Dar al-Imam ar-Rawwas, Beirut, Lebanon, hlm.20.
[6] Najd sekarang masuk ke dalam kawasan Kota Riyad, Saudi Arabia
[7] Muhammad Abu Zahrah: Tarikh al-Mazhahib al-Islamiyyah al-iqhiyyah, Dar al-Fikr al-Arabi, Cairo,hlm.187
[8] Dr. Sah M’id Ramadhan al-Buthi:as-Salafiyah Marhalah Zamaniyah Mubarakah La madzhab Islami, Dar al-Fikr, Damaskus, Syria 1996, hlm.236.
[9] Hasan Ibnu Ali as-Segaf: at-Tandid bi Man ‘Addad at-Tauhid, Dar Imam  an-Nawawi,cet. Ke-2, Amman, Yordania 1413 H, Hlm.27.
[10] Muhammad Abu Zahrah: Tarikh al-Mazhahib al-Islamiyyah al-iqhiyyah, Dar al-Fikr al-Arabi, Cairo,hlm.232
[11] Utsman ibnu Abdullah Ibnu Bisyr al-Hanbali an-Najdi(Wahat 1288 H) : Unwan al-Majd fi Tarikh Najd, Maktabah Riyad al-Haditsah,tanpa tanggal,jilid 1, hlm. 182 .
[12] Ibnu Bisyr:Unwan al-Majd,op.cit., jilid 1, hlm. 6
[13] Ibnu Bisyr:Unwan al-Majd,op.cit., jilid 1, hlm. 8
[14] Dr. Muhammad al-Mas’ari: al-Kawasyif al-Jaliyyah fi Kufri ad-Daulah as-Su’udiyyah, Muassasah ar-Rafid, Riyadh, Saudi Arabia, Lampiran pertama.
[15] Andi Aderus: Karakteristik Pemikiran Salafi;Di tengah Aliran-Aliran Pemikiran KeIslaman, Kementrian Agama RI,Desember 2011, cet. Pertama, hal.88.
[16] Sayid Qutub, Khaiaii al-Taiawwr al-Islamiy (Cet. XXIV; Kairo: Dar al-Syuq, 1997 M.),Hlm. 20.
[17] Ibn Taimiyyah, Muwafaqah,Jilid 1 , hlm.82
[18] Abi Ja’far Muhammad Bin Jarir Al-abariy, Jami’ Al-Bayan An Ta’wil ayyi al-Qur’an, Jilid III. (Cet. II ; Kairo: Musyafa al-Babi al-Halabi 1954 M.), Hlm. 184.
[19] Ibnu Bisyr:Unwan al-Majd,op.cit., jilid 1, hlm. 6


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer