makalah Manunggaling Kawula Gusti
- ..
Manunggaling Kawula
Gusti
(Ittihad,Hulul Dan Sathohah Dalam Tasawuf Dan Tokoh-Tokoh Penggagasnya)
(Ittihad,Hulul Dan Sathohah Dalam Tasawuf Dan Tokoh-Tokoh Penggagasnya)
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penyusun Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai Faham Manunggaling Kawula Gusti
(Ittihad,Hulul Dan Sathohat & Para tokoh nya).
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
Yogyakarta,26 November 2013
Daftar
isi
KATA
PENGANTAR ..........................................................................................
2
DAFTAR
ISI .........................................................................................................
3
BAB
I PENDAHULUAN ..............................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 MANUGGALING KAWULA GUSTI ........................................ .6
2.2. ITTIHAD .................................................................................... 10
2.3. HULUL ........................................................................................ 11
2.4 WAHDATUL WUJUD.................................................................. 12
2.1 MANUGGALING KAWULA GUSTI ........................................ .6
2.2. ITTIHAD .................................................................................... 10
2.3. HULUL ........................................................................................ 11
2.4 WAHDATUL WUJUD.................................................................. 12
BAB III PENUTUP
...........................................................................................
14
DAFTAR
PUSTAKA
......................................................................................
15
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Banyak orang yang mungkin masih
bingung mengenai apa itu faham manunggaling kawula gusti. Dalam akhlak tasawuf manunggaling
kawula gusti yang lebih mudah disebut bersatunya antara Tuhan dengan makhluknya
(manusia).
Akhlak
Tasawuf merupakan disiplin ilmu murni dalam Islam. Akhlak dan Tasawuf mempunyai
hubungan yang sangat erat. Sebelum bertasawuf, seseorang harus berakhlak
sehingga bisa dikatakan bahwasanya At tashawwufu nihayatul akhlaq sedangkan
al-akhlaqu bidayatut tashawwuf. Dalam tasawuf, digunakan pendekatan
suprarasional yaitu dengan intuisi / wijdan. Intuisi disini maksudnya adalah
mengosongkan diri dari dosa. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang
MANUNGGALING KAWULA GUSTI, ITTIHAD, AL-HULUL dan WAHDAT AL-WUJUD yang merupakan salah satu komponen dari
akhlak tasawuf.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan faham
manunggaling kaeula gusti?
2. Apa yang dimaksud dengan ittihad,hulul
dan wahdat al-wujud?
3. Bagaimana pandangan al-qur’an tentang
faham manunggaling kawula gusti?
4. Siapakah tokoh-tokoh yang menggagas
pemahaman tersebut?
1.3 TUJUAN
Adapun
makalah ini disusun dengan harapan :
1. Dapat memahami PAHAM MANUGGALING KAWULA GUSTI
2. Dapat mengetahui arti attihad,hulul dan
sathohat
3. Dapat mengetahui ayat-ayat alqur’an yang
menjadi dalil tersebut
4. Dapat mengetahuai para penggagas
pemahaman tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
MANUNGGALING KAWULA
GUSTI
2.1 Pengertian
Arti dari Manunggaling Kawula Gusti dianggap
bukan bercampurnya Tuhan dengan makhluk-Nya, melainkan bahwa Sang Pencipta
adalah tempat kembali semua makhluk dan dengan kembali kepada Tuhannya, manusia
telah bersatu dengan Tuhannya.
Dalam ajarannya pula, Manunggaling Kawula
Gusti bermakna bahwa di dalam diri manusia terdapat roh yang berasal
dari roh Tuhan sesuai dengan ayat Al-Quran yang menerangkan tentang penciptaan
manusia:
“
|
Ketika
Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan
manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan
Kutiupkan kepadanya roh-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud
kepadanya." Q.S. Shaad: 71-72.[1]
|
Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruh
Tuhan dikala penyembahan terhadap Tuhan terjadi. Perbedaan penafsiran ayat
Al-Qur’an dari para murid Syekh Siti jenar inilah yang menimbulkan polemik
bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan, yaitu polemik paham Manunggaling
Kawula Gusti.
Dengan
istilah apapun yang mungkin dipergunakan untuk melukiskan penghayatan manunggal
(dengan tuhan) adalah puncak penghayatan dengan mana pengamaln kejiwaan
meningkat keterasingannya dengan segala ynag bukan dirinya,dari apa ynag bukan
Tuhan.
Dalam tasawuf penghayatan
manunggaling kawula gusti ini bisa mereka capai melalui memuncaknya penghayatan
fana hingga fana dalam zikir dan bisa juga dari pendalaman cinta rindu yang
memuncak pada mabuk cinta (sakar) didalam tuhan,atau dari kedua-duanya. Perasaan
manunggal dengan tuhan yang berasal dari gelora rasa cinta bisa difahami dari
evolusi dalam mengalami sepuluh tangga ahwal,yaitu dari cinta mendalam hingga
mencapai syauq(rindu-dendam) dan kemudian meningkat jadi pengalaman uns,yakni
kegilaan dalam asyik-maksyuk (intim) dengan tuhannya.[2]
Fana’ sendiri diartikan lenyapnya
indrawi atau kebasyariahan, yakin sifat sebagai manusia biasa yang suka pada
syahwat dan hawa nafsu. Orang yang telah diliputi hakikat ketuhanan, sehingga
tiada lagi melihat daripada alam baharu, alam rupa dan alam wujud ini, maka
dikatakan ia telah fana dari alam cipta atau dari alam makhluk. Selain itu fana
juga dapat berarti hilangnya sifat-sifat buruk (maksiat) lahir batin.
Sedangkan sebagai akibat dari fana’
adalah baqa, yang secara harfiah berarti kekal yang dimaksudkan adalah kekalnya
sifat-sifat terpuji, dan sifat-sifat Tuhan dalam diri manusia ,. Karena lenyapnya
fana’ (sifat-sifat basyariah), maka yang kekal adalah sifat-sifat ilahiah.
Ø
SYEKH LEMAH ABANG
Syekh
Lemah Abang atau biasa dikenal dengan Syekh Siti Jenar. Pengaruh kebatinan yang
disebarkanya masih banyak berbekas di beberapa tempat di Yogyakarta dan
Surakarta. Syekh ini dimasa hidupnya berkedok sebagai Wali padahal sebenarnya
seorang pembawa dan penyebar ajaran Zindiq serta benih- benih tasawuf Al Hallaj
yang keliru jalannya.
Berbicara
tentang Kebatinan Syekh Lemah Abang berarti kita harus membicarakan sebuah
aliran yang berkembang sebelumnya, yaitu aliran Tantrayana[3]
yang dianut dengan pesat di zaman kerajaan Singosari (1222- 1292 M). Ken Arok
salah seorang dari raja Singosari yang berjasa dalam penyebaran Tantrayana ini.
Dengan
demikian ajaranya telah memperoleh pengaruh- pengaruh yang subur sekali
dikalangan Pribumi Indonesia, terutama ditempat- tempat kerajaan Singosari.
Ciri
khas dari ajaran- ajarannya ialah “menganggap suci dan kramat M Lima” yakni 1.
Mudra, 2. Matsya, 3. Maituna, 4. Mamsa, 5. Madya. Didalam Istilah bahasa Jawa,
Mo Limo ini dikenal dengan Main[4],
Madat[5],
Madon[6],
dan Minum[7].
Aliran
ini beranggapan bahwa tidak terdapat yang kotor pada yang suci (orang suci).
Drs.
Wiji Saksono menjuluki aliran ini “Tantrayana Bairawa[8]”.
Sedang Ibahiyah ajaran serba boleh, adalah ciri- ciri khas dari ajaran
tersebut. Ibadah dan Syari`at ala Syekh Siti Jenar adalah hasil peleburan dari
Tantarayana Bairawa/ Budha dan Hindu karena sifat dan ciri khas kedua ajaran
tersebut tidak ada bedanya.
Masing-
masing memandang kramat sesuatu yang dipandang keji.
Syekh
Siti jenar telah menebarkan semacam Dzikir yang dapat dinukil sebagai berikut:
DZIKIR OJRAT
RIPANGI
.............................
dzikir ojrat ripangi /
Ting galero
guyeng junun / sedaya buka pribad / jalwostri atutup muka / ing jari putih rong
nyari / sonerat ing rajah muka / pambuka ning roh ilopi //
Samya aru
paguyunipun / wang wong godeg gobag gabig / manthuk krepnaretek nyangka / napas
winotan ing dzikir :
La ilaha
illallahu / ha illalah illallahi / Weneh Allah Allah / kang hu hu hu hi hi hi /
e e i i u u u a a / La la la la hak hik hak hik //
Sareng panarima
junun / tingkaringkel anggulinting / saujur ujure niba / wor winor jalu lan
estri / tan ana malang asisik //
Sangsat denira
kantu / denya kalenger tan eling / wus dangu antaranitra / kang samya pana
birahi / tangi saking pajunungan .....................
.......................
aguyer kepalanya / niba ting gadebug / lapake anonggak napas / anggelasah
asunsun timbun matindih / lir bebandan ing pisang //
Wor winor lan
jalu miwah estri / tan ana ukumipun / wus tatane wong dul birahi / singa menang
soalnya / su / susilahipun / santri kang kasur elmunta / asirah jiwa raga myang
bojonireki / katur sumanggung karso //
Yeen maana arepe
Ki Santri / amengarah estri sengahnea / tan ana waler sengkero / kenging kewala
wor hyun / wus mengkana tabiatneki / angger luhur kaweruhnya / kang kasoor
sumungku / angguru ngaken paputan / tan rumangsa malang sukarsanireki / badan
datan sewata //
Dapat
diterjemahkan sebagai berikut:
......................
Dzikir Ojrat Ripangi
Hiruk pikuk
berputar mabuk, semua buka pakaian bertelanjangan, laki wanita bertutup muka,
dengan kain selebar dua jari, bersuratkan rajah muka, pembuka roh idlopi.
Semakin meninggi
hiruk pikuknya, wang weng kepala bergeleng kekiri kekanan, kebawah atas gemetar
nafas bersengalan berdengusan, nafas bercampur suara dzikir, seribu kalimah
serempak keluar sedengus nafas, membawa derunya dzikir.
La ilaha
illallahu / ha illalah illallahi / Weneh Allah Allah / kang hu hu hu hi hi hi /
e e i i u u u a a / La la la la hak hik hak hik //
Telah sampai
klimaks majnunnya, rebah bergelimpangan sejatuh jatuhnya, bercampur baur lelaki
wanita bertumpukan bantal membantal, terlena tiada sadarkan diri, sunyi tenang
tiada berisik.
Sesaat mereka
terlena, pingsan tiada sadarkan diri, lamalah sudah berlalu masa, yang masa
tenggelam fana` dalam dana` birahi sadar diri kemabukanya ..............
....................
berputar- putar kepalanya, jatuh berpelantingan layaknya menanjak nafas,
bergelimpangan timbun menimbun, bagaikan onggokan batang pisang.
Campur baur
susun timbun laki wanita, tiada hukum haramnya demikianlah watak yang berlaku
birahi (bairawa) siapa menang dalam pembantahan ilmu, adabnya santri yang kalah
dalam berbantah, berserah jiwa raga beserta isterinya, dipersebahkan sebulatnya
terserah kehendak dan sesuka kepada pemenang debatnya.
Jika ada hasrat
syahwat santri (warga lemah ibadat), mengingini wanita mana saja mana suka tak
ada halangan batal haramnya, boleh- boleh saja berkumpul- gumul, dengan
demikianlah tabiatnya, bagi orang yang telah dalam ilmunya, yang kalah bantah
wajib pasrah, mengguru sebagai panutan, usah`kan menghalang- halangi kehendak
guru apapun juga, badan diserah tiada syarat.
Sisa- sisa faham Tantrayana Bairawa
masih banyak kita jumpai dewasa ini. Walau acara berkumpul berdzikir ojrat ripangi sudah jarang sekali terjadi,
akan tetapi kebiasaan melek-melekan, berkumpul main kartu (terutama jika sedang
kematian). Menurut faham mereka acara-acara ini dimaksudkan untuk”memberi
restu” kepada keluarga yang kematian atau sang bayi yang baru lahir. Mereka
berkumpul sambil minum-minuman keras dan berjudi sepanjang malam. Bahkan
terkadang suasana di tempat sekitar acara itu sangat seram. Apalagi pembicaraan
dikalangan yang hadir,terutama pemuda/pemudi biasanya berkisar soal “bayi
rawa”. Justru sering kali terjadi hal-hal yang kurang baik.
Adapun sisa-sisa pengaruh
ajaran-ajaran syeh siti jenar inipun dapat dijumpai dikalangan istri-istri yang
tidak tergolong taat pada syariat islam. Drs. Wijisaksono dalam hal ini pernah
mengemukaan sebagai berikut:
“Adalah sudah jadi rahasia
umum,bahwa di Surakarta itu sementara istri-istri berpendirian tak mengapa,
bahkan ada yang memodali suaminya untuk pelesir iseng dengan wanita lainnya,
asal saja tidak sampai terjadi nikah. Sikap tiada menentang,tetapi
membiarkan,bahkan kadang-kadang memberikan dorongan berupa uang, ini dapat jadi
alasan untuk menetapkan bahwa itusemua adalah sisa-sisa Tantrayana. Karna kita
sama maklum bahwa soal seorang suami itu berbuat serong,itu dapat dijumpai
dimana pun di dunia ini tetapi bahwa pihak istri yang ditinggal seorang justru
mendorong,dan tiada berontak, tampaknya hanya bisa terjadi begitu, kalau si
istri tadi sadar atau tak sadar masih tersisip paham-paham tantrayana yang
ibahiyah itu dalam kalbunya. Istri yang bersih dalam segala tantrayana, agaknya
kan menyambut perbuatan serong suami itu dengan palang pintu.”[9]
Berbicara masalah ini erat
hubungannya dengan al ittihad,
2.2 ITTIHAD
Menurut Abu
Yazid al-Bustami. Ittihad
sendiri memiliki arti "bergabung menjadi satu", sehingga paham ini
berarti seorang sufi dapat bersatu dengan Allah setelah terlebih dahulu melebur
dalam sandaran rohani dan jasmani (fana) untuk kemudian dalam keadaan baqa,
bersatu dengan Allah. Dalam paham ini, seorang untuk mencapai Ittihad
harus melalui beberapa tingkatan yaitu fana dan baqa'. Fana merupakan peleburan
sifat-sifat buruk manusia agar menjadi baik. Pada saat ini, manusia mampu
menghilangkan semua kesenangan dunia sehingga yang ada dalam hatinya hanya
Allah (baqa). Inilah inti ittihad, "diam pada kesadara ilahi" yang
menurut orang sufi sebagi konsep liqa al
rabbi menemui Tuhan. Hal sejalan dengan firman Allah.
“Barangsiapa yang mengharapkan
perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepadanya.[10]
Hal ini menjadikan petunjuk
bahwasannya Allah telah memberi peluang kepada manusia untuk bersatu dengan
Tuhan secara rohaniah atau batiniah, yang caranya dengan beramal sholeh, dan
beribadah semata-mata karena Allah, menghilangkan kesadaran sebagai manusia,
meninggalkan dosa dan maksiat, dan kemudian menghias diri dengan sifat-sifat
Allah.
TOKOH
PENGGAGASNYA
v Abu Yazid Al-busthami. Menurutnya
manusia adalah pancaran Nur Ilahi, oleh karena itu manusia hilang
kesadaranya [sebagai manusia] maka pada dasarnya ia telah menemukan asal mula
yang sebenarnya, yaitu nur ilahi atau dengan kata lain ia menyatu dengan Tuhan.
2.3 AL-HULUL
Secara harfiah hulul berarti Tuhan
mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu, yaitu manusia yang telah dapat
melenyapkan sifat-sifat kemanusiaanya melalui fana’.[11]menuut
Abu Nasr al-tusi dalam al-luma’ adalah paham yang mengatakan bahwa Tuhan
memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya setelah
kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan.
Sebelum Tuhan menciptakan makhluk,
ia hanya melihat diri-Nya sendiri, dengan begitu munculnya dialog antara Tuhan
dengan dirinya sendiri ysng tidak terdapat kata ataupun huruf dalam
percakapannya tersebut. Yang dilihat Allah hanya kemuliaan pada dirinya sendiri,
ia pun cinta terhadap zat-Nya sendiri, cinta yang tak dapat disifatkan, dan
cinyta inilah yang menjadi sebab. Ia pun mengeluarkan dari yang tiada copy dari
diri-Nya yang mempunya sifat dan nama-Nya dan bentuk copy tersebut adalah adam.
Dan menjadikan adam dengan memuliakan dan mengagungkannya. Ia cinta pada adam
dan pada diri adam Allah muncul dalam bentuknya. Dengan pada diri adam terdapat
sifat-sifat yang dipancarkan Tuhan yang berasal dari Tuhan. Seperti dalam ayat
al-Qur’an
“Dan ingatlah ketika kami berkata
kepada malaikat : “Sujudlah kepada adam”, semuanya sujud kecuali iblis, yang
enggan dan merasa besar, ia menjadi yang tidak percaya.”[12]
Paham yang menjadikan adam menurut bentukNya
terdapat dalam hadits yang berbunyi: “Tuhan menciptakan adam sesuai denagn
bentuk-Nya”
Berdasarkan uraian tersebut, makna
hulul dapat dikatakan sebagai suatu tahap diman manusia dan Tuhan bersatu
secara rohaniah dengan tujuan hulul untuk mencapai persatuan secara batin.
TOKOH PENGGAGASNYA
v Al-Hallaj, nama lengkapnya Husein bin
Mansur al-Hallaj, lahir pada tahun 244(858M) di Baidha kota kecil di Persia.
Pada usia 16 th ia belajar kepada seorang sufi terbesar dan terkenal, bernama
Sahl bin Abdullah al-Tustur di negeri awaz. Kemudian dia berangkat ke basrah
dan belajar pada seorang sufi bernama amr al-makki,dan pada tahun 264 H dia
masuk kekota baghdad.
Karena dikatakan dapat mambaca
fikiran-fikiran manusia yang rahasia,maka terkenal dengan hallaj
al-asrar,penenun ilmu ghaib. Dia pergi ke baghdad dan disana sesudah mengalami
dipenjara yang cukup lama lantaran dipersalahkan mengajarkan ajaran sesat dia
dihukum mati dengan hukuman yang sadis
2.4 SATHOHAH
WIHDATUL WUJUD
Wahdat al-wujud adalah ungkapan yang
terdiri dari dua kata (wahdat dan al-wujud), Wahdat yang
artinya sendiri, tunggal atau kesatuan, sedangkan al wujud artinya ada.[13]
Dengan demikian wahdat al-wujud berarti
kesatuan wujud.
Hingga terdapat paham bahwa antar makhluk (manusia) dan al-haqq (Tuhan) sebenarnya satu kesatuan dari wujud Tuhan, dan yang ada sebenarnya ada adalah wujud Tuhan itu, sedangkan wujud makhluk hanya bayang atau foto copy dari wujud Tuhan. Paham ini dibangun dari suatu dasar pemikiran bahwa Allah sebagai diterangkan dalam al-hulul, ingin melihat dirinNya diluar diriNya dan oleh karena itu dijadikannya alam ini.
Hingga terdapat paham bahwa antar makhluk (manusia) dan al-haqq (Tuhan) sebenarnya satu kesatuan dari wujud Tuhan, dan yang ada sebenarnya ada adalah wujud Tuhan itu, sedangkan wujud makhluk hanya bayang atau foto copy dari wujud Tuhan. Paham ini dibangun dari suatu dasar pemikiran bahwa Allah sebagai diterangkan dalam al-hulul, ingin melihat dirinNya diluar diriNya dan oleh karena itu dijadikannya alam ini.
Dalammanusia ada unsur lahir dan
batin, dan pada Tuhanpun ada unsur lahir dan batin. Unsur lahir manusia adalah
wujud fisiknya yang tampak, sedangkan unsur batinnya adalah roh atau jiwanya
yang tidak tampak yang hal ini merupakan pancaran, bayangan atau copy Tuhan.
Selanjutnya unsur lahir pada Tuhan adalah sifat-sifat ketuhanannya yang tampak
dialam ini , dan unsur batinnya adalah zat Tuhan.
Selanjutnya petunjuk dalam Qur’an
bahwa Tuahn memiliki unsur zahir dan batin sebagaimana yang dikemukakan faham
wahdatul wujud
“Dialah yang awal dan yang akhir
yang zahir dan yang batin, dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu”[14]
“Dan menyempurnakan untukmu
ni’mat-Nya lahir dan batin.”[15]
Namun dalam pandangan sufi bahwa yang dimaksud dengan
zahir adalah sifat-sifat Allah yang tampak, sedangkan yang batin adalah
zat-Nya. Manusia dianggap mempunyai unsure tersebut karena manusia berasal dari
pancaran Tuhan. Selanjutnya pada surat Luqman di atas dinyatakan bahwa yang
lahir dan batin itu merupakan nikmat yang dianugrahkan Tuhan kepada Manusia.
Ayat yang demikian itu jelas bahwa pada manusia juga ada unsur Lahir dan Batin.
TOKOH PENGGAGASNYA
v Paham wahdatul wujud
dibawa oleh Muhyidin Ibn Arabi yang lahir di Murcia, Spanyol di tahun 1165.
Setelah selesai studi di Seville, beliau pindah ke Tunis di tahun1145, dan
disana ia masuk aliran sufi.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa Hulul adalah suatu
paham yang menyatakan bahwa tuhan dapat mengambil tempat pada diri manusia.
Hulul terjadi apabila manusia terlebih dahulu melenyapkan sifat-sifat negatif,
dosa dan kemanusiaannya secara fisik(fana). Sedangkan ittihad adalah suatu
paham yang menyatakan bahwa tuhan dan manusia dapat mencapai kesatuan rohaniah
setelah manusia melenyapkan sifat-sifat dirinya,akhlak yang buruk dan dosa.
DAFTAR
PUSTAKA
Nata,Abuddin.
2003. Akhlak Tasawuf. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada), cet.V.
Simuh
.1996. Tasawuf Dan Perkembangannya Dalam
Islam. (Jakarta : Raja
Grafindo Persada), cet.I.
Sudarminta,J
& Lili Tjahyadi. 2008. Dunia Manusia
Dan Islam. (Yogyakarta:
Kanisius), cet.1
Machasin
,2003, Relasi Tuhan Dan Manusia,
(Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya),cet II
Zoetmulder,P.J.,2000,
Manunggaling Kawula Gusti,
(Yogyakarta: Gramedia
Pustaka Utama)
Hafidy,As’ad
el, 1982, Aliran-Aliran Kepercayaan Dan
Kebatinan Indonesia,
(Jakarta: Yudhistira), cet II
ittihad-dan-hulul.html
[1] Al-Qur’anul karim, Shood:71-72
[2] Simuh, Tasawuf
Dan Perkembangannya Dalam Islam,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,1996), hlm
139
[3] Tantrayana:
adalah ajaran yang bercampur baur antara unsur- unsur Agama Hindu/ Budha sekte
Bairawa dengan unsur- unsur asli Indonesia.
[4]
Berjudi
[5]
Minum candu
[6]
Serong, melacur. Dalam bahasa Jawa dapat juga diartikan pemborosan- pemborosan
yang dimaksudkan memuaskan hawa nafsu semata- mata.
[7]
Minum- minuman keras sampai mabuk
[8]
Artinya Berahi
[9] H.M. As’ad el hafidy,”Aliran-Aliran Kepercayaan Dan Kebatinan Di Indonesia”,(Jakarta:
Galia Indonesia 1982).hlm 74-77.
[10] QS, al-Kahfi 18:110
[11] A. Qadir Mahmu d, hlm.337
[12] QS. al-Baqarah, 2:34
[13] Mahmud Yunus, Kamus Arab
Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung,1990),hlm.492&494.
[14] QS al-Hadid 57:3
[15] QS. al-Luqman 3:20
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer