MAKALAH ALIRAN MATURIDIYYAH
- ..
Makalah Tauhid
ALIRAN
MATURIDIYYAH
2013
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Puji syukur Penyusun panjatkan
kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah
Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya
hingga akhir zaman.
Penyusunan makalah dengan judul “Aliran
Maturidiyah” ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas
TAUHID Semester ganjil.
Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Namun, Penyusun berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum
Wr. Wb.
Yogyakarta, 11 November 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Maturidiyah merupakan salah satu
sekte Ahlussunnah wal jama’ah yang tumbuh hampir bersamaan degan Asy’ariyah. Sebagaimana
Asy’ariyah, maturidiyah ini juga timbul sebagai reaksi atas aliran Mu’tazilah.
Hanya saja, Al-Maturidi adalah pengikut Abu Hanifah yang banyak menggunakan
rasio dalam keagamaan, sehingga dalam bidang teologipun, al-Maturidi banyak
menggunakan akal. Hal ini membuat Maturidiyah mempunyai beberapa perbedaan
pandangan dengan Asy’ariyah.
Salah satu pengikut penting
al-Maturidiyah adalah Abu Al-Yusr Muhammad Al-Bazdawi. Ia mengetahui
ajaran-ajaran Al-Maturidi dari orang tuanya. Seperti Al-Baqilani dan
Al-Juwaini, Al-Bazdawi tidak pula selamanya sepaham dengan al-Maturidi dari
orang tuanya. Seperti Al-baqilani dan Al-juwaini, al-Bazdawi tidak pula
selamanya sepaham dengan Al-Maturidi. Antara kedua pemuka aliran Maturidiyah
ini terdapat perbedaan paham sehingga boleh dikatakan bahwa dalam aliran
Maturidiyah terdapat pula dua golongan: golongan samarkand, yaitu
pengikut-pengikut Al-Maturidi sendiri, dan golongan Bukhara yaitu
pengikut-pengikut Al-Bazdawi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tokoh pendiri
maturidiyyah
Aliran
Maturidiyyah didirikan oleh imam abu manshur muhammad bin muhammad bin mahmud
al maturidi al anshari. Kemudian,namanya dijadikan sebagai nama aliran ini. Ia
dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di daerah Samarqand (termasuk daerah
Uzbekistan Suviet sekarang). Kurang lebih pada pertengahan abad ke tiga hijrah
dan meninggal di Samarqand. Tahun 332 H.
Al-maturidi adalah pengikut abu
hanifah yang menggunakan rasio dala pandangan-pandangan keagamaan. Meskipun
al-maturidi tampil sebagai penentang ajaran-ajaran yang dikembangkan oleh muktazilah,
pemikiran-pemikiran yang di bawa kancah perdebatan sebagai yang dituntut oleh
suasana zamannya.
Maturidi
semasa hidupnya dengan asy’ariy. Hanya dia hidup di Samarkand sedangkan
asy’ariy hidup di Basrah (Iraq). Asy’ariy adalah pengikut syafi’i dan maturidi
pengikut mazhab hanafi. Karena itu kebanyakan pengikut asy’ariy adalah
orang-orang syafi’iyyah,sedangkan pengikut maturidi kebanyakan adalah
orang-orang hanafiyyah. Boleh jadi pada beberapa perbedaan pendapat antara ke
dua orang tersebut,karena adanya perbedaan pendapat antara syafi’i dan abu
hanifah sendiri.
Al maturidi
berumur cukup lanjut yaitu 86 tahun.
Kebesaran al maturidi dalam ilmu
kalam ini tidak terlepas dari jasa penguasa Samarkand pada masanya,abu saman,keluarga
dari daerah yang disebut Saman. Keluarga penguasa ini terkenal luhur budi dan
perjalan hidupnya,cinta kepada ilmu serta memuliakan para ulama’. Mereka
menguasai Khurasan dan wilayah transoxania dari 261-389 H. Salah seorang dari
mereka ialah Asad Bin saman, yang banyak membela teologi al maturidi.[1]
2. Pandangan Teologi
a. Fungsi akal dan wahyu
Menurut al-Maturidi, akal dapat mengetahui tiga
persoalan pokok, yaitu:
Ø Mengetahui Tuhan
Ø Mengetahui kewajiban berterimakasih kepada Tuhan
Ø Mengetahui baik dan buruk
Menurut Al-Maturidi, kewajiban
mengetahui Tuhan itu bisa ditemukan berdasarkan penalaran akal.Mengenai
perbuatan baik dan buruk, menurut al-Maturidi dapat diketahui oleh akal
berdasarkan substansinya. Akal dapat mengetahui sifat baik yang terdapat dalam
yang baik dan sifat buruk yang terdapat dalam hal yang buruk. Bersikap adil dan
lurus memandang mulia terhadap orang yang bersikap tidak adil dan tidak lurus.
Namun, meskipun dapat mengetahui
perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk, akal tidak dapat mengetahui
kewajiban untuk mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk. Dalam hal
ini al-Maturidi sependapat dengan imam Abu Hanifah bahwa sekalipun akal dapat
menjangkau baik dan buruk. Namun akal tidak dapat memnentukan taklif kecuali
dari Allah pembuat Syari’at yang Maha bijaksana. Akal menurutnya sama sekali
tidak mungkin secara mandiri dapat menemukan taklif keagamaan karena memutuskan
hal ini hanya Allah.
Karena akal tidak dapat
mengetahui kewajiban menjalankan yang baik dan menjauhi yang buruk, maka
manusia memerlukan bimbingan dari Tuhan yang disebut wahyu. Fungsi wahyu
menurut aliran ini adalah yang meletakkan sendi-sendi kewajiban manusia.
b. Sifat Tuhan
Al-Maturidi tidak setuju dengan
paham muktazilah yang mengatakan bahwa Tuhan tidak bersifat dalam arti, sifat
yang berdiri di luar zat-Nya menurut
al-Maturidi mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat Tuhan menurut
al-Maturidi mengetahui dengan pengetahuanNya.
Sehubungan dengan masalah
tajassum[1], al-Maturidi tidak mempercayai adanya “anggota tubuh”
pada Tuhan. Dalam al-Qur’an memang terdapat kata-kata seperti wajah Allah, yad
Allah, ain Allah. Menurut al-Maturidi, kata-kata itu bermakna kekuasaan Allah
karena Allah tidak mungkin mempunyai badan meskipun dalam arti yang tidak sama
dengan makhluk.
c. Melihat Allah
Al-maturidi tidak mempercayai adanya tajassum,
namun ia mempercayai bahwa Allah bisa di lihat nanti di akhirat. Pandangannya
ini di dasarkan pada surat al-Qiyamah ayat 22-23:
d. Keqadiman Alquran
Al-maturidi
berpendapat bahwa kalam Allah atau Alqur’an adalah kekal. Al-qur’an kata
al-Maturidi, adalah sifat kekal dari Tuhan, satu, tidak berbagi tidak
berbahasa, tapi di ucapkan manusia dalam ekspresi berlainan.
Lebih lanjut, Al-maturidi membagi Al-qur’an dalam
dua bentuk. Pertama: kalam Nafsi, yaitu kalam yang ada pada zat Allah dan
bersifat Qadim (dahulu), bukan dalam bentuk huruf atau suara. Kalam ini menjadi
sifat Allah sejak dahulu. Kedua: kalam yang terdiri dari huruf dan suara, yang
disebut mushaf (kumpulan lembaran).
e. Perbuatan dan kehendak Manusia
Bagi golongan maturidiyah
perbuatan manusia adalah ciptaan Tuhan. Dalam hubungan ini al-Maturidi, sebagai
pengikut Abu hanifah menyebut dua perbuatan, yaitu perbuatan Tuhan dan
perbuatan manusia. Perbuatan Tuhan mengambil bentuk penciptaan daya dalam diri
manusia dan pemakaian daya itu sendiri merupakan perbuatan manusia adalah
perbuatan manusia dalam arti sebenarnya dan bukan dalam arti kiasan.
f. Janji dan ancaman
Menurut al-maturidi, Allah wajib
menepati janji-janji dan ancaman-ancamannya, karena jika tidak dilakukannya
akan bertentangan kebebasan memilih yang ada pada menusia. Dalam hal ini,
Al-maturidi mempunyai pandangan yang sama dengan mu’tazilah yaitu bahwa upah
dan hukuman Tuhan tak boleh tidak mesti terjadi kelak sesuai amal perbuatan
manusia.
Menurut Al-maturidi adalah
terbatas oleh kebebasan manusia yang diberikan Tuhan atas kemauannya sendiri
sehubungan dengan akal yang ada pada manusia.
Dalam diri manusia itu diciptakan pula oleh Tuhan suatu potensi (daya)
yang dapat dipergunakan oleh manusia untuk berbuat baik atau buruk.
Oleh karena itu, kekuasaan dan
kehendak Tuhan sudah tidak absolute lagi. Namun yang menentukan batasan-batasan
itu bukanlah zat selain Tuhan, karena diatas Tuhan tidak ada suatu zatpun yang
lebih berkuasa. Tuhan adalah diatas segala-galanya. Batasan-batasan itu
ditentukan oleh Tuhan sendiri dan dengan kemauannya sendiri pula.
C. Golongan Maturidiyah
Berdasarkan beberapa referensi
yang kami peroleh, aliran Maturidiyah dapat digolongkan menjadi dua bagian
yaitu:
1.
Golongan Samarkand
Yang menjadi golongan ini adalah
pengikut-pengikut Al-Maturidi sendiri. Golongan ini cenderung ke arah faham Asy’ariyah,
sebagaimana pendapatnya tentang sifat-sifat Tuhan. Dalam hal perbuatan manusia,
maturidi sependapat dengan Mu’tazilah, bahwa manusialah yang sebenarnya
mewujudkan perbuatannya. Al-Maturidi berpendapat bahwa Tuhan memiliki
kewajiban-kewajiban tertentu
Diantara pemahamannya yaitu :
·
Mengenai
Perbuatan Allah
Aliran Maturidiyah
Samarkad, yang juga memberikan batas pada kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan,
pendapat bahwa perbuatan Tuhan hanya menyangkut hal-hal yang baik saja.
Demikian juga pengiriman rasul dipandang Maturidiyah Samarkand sebagai
kewajiban Tuhan.
·
Mengenai
Perbuatan Manusia
Kehendak dan daya manusia dalam
arti kata sebenarnya dan bukan dalam arti kiasan, maksudnya daya untuk berbuat
tidak diciptakan sebelumnya, tetapi bersama-sama dengan perbuatannya. Sedangkan
Maturidiyah Bukharah memberikan tambahan dalam masalah daya. Manusia tidak
mempunyai daya untuk melakukan perbuatan, hanya Tuhanlah yang dapat mencipta,
dan manusia hanya dapat melakukan perbuatan yang telah diciptakan Tuhan bagi-Nya
·
Mengenai
Sifat-Sifat Tuhan
Mengatakan bahwa sifat bukanlah
Tuhan, tetapi tidak lain dari Tuhan. Dalam menghadapi ayat-ayat yang memberi
gambaran Tuhan bersifat dengan menghadapi jasmani ini. Al-Maturidi mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan tangan, muka, mata, dan kaki adalah kekuasaan Tuhan
2. Golongan Bukhara
Golongan ini dipimpin oleh Abu
Al-Yusr Muhammad Al-Bazdawi. Dia merupakan pengikut Maturidi yang penting dan
penerus yang baik dalam pemikirannya. Nenek Al-Bazdawi menjadi salah satu murid
Maturidi. Jadi yang dimaksud dengan golongan Bukhara adalah pengikut-pengikut
Al-Bazdawi dalam aliran Al-Maturidiyah. Walaupun sebagai pengikut aliran Al-Maturidiyah,
AL-Bazdawi selalu sefaham dengan Maturidi. Ajaran teologinya banyak dianut oleh
umat islam yang bermazhab Hanafi. Dan hingga saat ini pemikiran-pemikiran
Al-Maturidiyah masih hidup dan berkembang di kalangan umat Islam.
Diantara pemahamannya yaitu :
·
Mengenai
Perbuatan Allah
Maturidiyah Bukhara memiliki
pandangan yang sama dengan Asy’ariyah mengenai faham bahwa Tuhan tidak
mempunyai kewajiban. Namun, sebagaimana yang dijelaskan oleh Bazdawi, Tuhan
pasti menempati janji-Nya, seperti memberi upah kepada orang yang berbuat baik,
walaupun Tuhan mungkin saja membatalkan ancaman bagi orang yang berdosa besar.
Adapun pandangan Maturidiyah Bukhara tentang pengiriman rasul, sesuai dengan
faham mereka tentang kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, tidaklah bersifat
wajib dan hanya bersifat mungkin saja.
·
Mengenai
Perbuatan Manusia
Sedangkan golongan Samarkand mengatakan
bahwa sifat bukanlah Tuhan, tetapi tidak lain dari Tuhan. Dalam menghadapi
ayat-ayat yang memberi gambaran Tuhan bersifat dengan menghadapi jasmani ini.
Al-Maturidi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tangan, muka, mata, dan kaki
adalah kekuasaan Tuhan.
·
Mengenai
Sifat-Sifat Tuhan
Kehendak mutlak Tuhan, menurut
Maturidiyah Samarkand, dibatasi oleh keadilan Tuhan. Tuhan adil mengandung arti
bahwa segala perbuatannya adalah baik dan tidak mampu untuk berbuat buruk serta
tidak mengabaikan kewajiban-kewajiban-Nya terhadap manusia. Adapun Maturidiyah
Bukhara berpendapat bahwa Tuhan memiliki kekuasaan mutlak. Tuhan berbuat apa
saja yang dikehendaki-Nya dan menentukan segala-galanya. Tidak ada yang
menentang atau memaksa Tuhan dan tidak ada larangan bagi Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi,Ahmad,1974,Theologi
islam (ilmu kalam), Jakarta : Bulan Bintang
Nasir,Sahilun
.A.,2012,Pemikiran Kalam (Theologi islam), Jakarta :Rajawali Pers
Makalah Tauhid tentang aliran Asy’riyah dan Matuidiyah.html
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer